![]() |
Joko Widodo - Presiden Indonesia |
Menjadi sosok yang memiliki banyak penggemar pasti akan menyebabkan rasa iri pada lawan-lawannya. Itulah yang terjadi pada presiden republik Indonesia yang ke-7, Joko Widodo. Presiden Joko Widodo memiliki banyak penggemar bukan tanpa alasan. Bukti kerja nyatalah yang membuat rakyat Indonesia kagum dan mendukung kebijakan-kebijakannya. Memiliki pendukung pasti akan mengundang rasa benci pada pihak lawannya. Sehingga presiden jokowi mendapat ancaman kebencian dari lawan-lawan politiknya. Baik berupa hujatan maupun berita-berita hoax.
Dalam pelatihan jurnalistik yang
dilakukan di ponpes An-Najah, Gondangtani, Gondang, Sragen (19/6/2017) ,
seorang narasumber yang bekerja di kantor staf kepresidenan, Alois Wisnuhardana
menyatakan, “presiden jokowi itu orang yang banyak di benci”. Hal tersebut
disampaikannya bukan tanpa bukti. Mengingat banyaknya status dan gambar-gambar
hujatan terhadap presiden jokowi yang tersebar luas di media sosial.
Para penghujat itu akan terus menyebarkan rasa kebencian selama
Presiden Jokowi masih menjabat. Mereka baru akan berhenti jika Presiden Jokowi
mengundurkan diri. Presiden Jokowi adalah manusia biasa yang kebetulan memimpin
bangsa Indonesia, sedangkan manusia tidak ada yang sempurna, sehingga sudah
menjadi kewajaran bila seorang Jokowi melakukan kesalahan. Kesalahan memang
seharusnya dikritik dan dikoreksi, namun mengkoreksi sesuatu dengan hujatan itu
tidak pantas untuk dilakukan.
Dalam pelatihan tersebut wisnu mempresentasikan data-data statistik
yang menunjukkan kemajuan Indonesia dibawah pimpinan Presiden Jokowi. Pada data
yang dipresentasikan oleh wisnu, dejelaskan bahwa pada tahun 2050 indonesia
akan menduduki peringkat ke-4 gross domestic product (GDP). Namun dalam
prakteknya, terdapat kegiatan-kegiatan yang dimotivasi oleh kepentingan
politik. Sehingga prediksi di tahun 2050 tersebut terancam batal.
Dalam orasi-orasi kelompok yang tidak setuju
dengan pemerintahan jokowi, biasa disebutkan mengapa jokowi tidak mengambil
tindakan kepada situasi yang sedang terjadi. Namun pada faktanya jokowi ada
pada daratan penuh ranjau yang jika salah melangkah sedikit saja maka sebuah
ranjau akan meledak. Bila jokowi mengambil suatu keputusan, pasti ada pihak
yang pro dan kontra denga keputusan tersebut. Sehingga mengambil keputusan
bukannya menyatukan kedua pihak yang saling berselisih justru akan memperkeruh
suasana.
0 Komentar