Lika-Liku Pegawai Pertashop, Pekerjaan yang Dikira Gampang Padahal Butuh Keahlian


Opini, Copa Media–Menjadi pegawai SPBU sering dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Hanya bermodalkan mampang badan sambil sesekali ngitung uang. Terduduk manis menunggu pelanggan yang datang sendiri karena kebutuhan. Kegiatan itu dilakukan berulang sampai pergantian sif datang, lalu diakhiri dengan sesi itungan


Mungkin memang seperti itu kerjaan mas-mas atau mbak-mbak pom bensin besar. Berbeda dengan saya dan mungkin orang lain yang mengabdikan diri sebagai pegawai Pertashop.Gak percaya kalau beda? Sini aku jelaskan perbedaannya.


Sejatinya pekerjaan pokok kami sama, melayani pembeli dengan tangki bensin motornya diisi. Tetapi, ada perbedaan di antara kami. Perbedaan pertama adalah dari sisi lokasi dan waktu si pembeli. Gak semua sih, tapi biasanya pom bensin besar letaknya ada di jalanan kota yang padat pengguna jalan. Pembeli biasanya tak punya banyak waktu sehingga transaksi bersifat normatif, bilang isi berapa, diisi, bayar, terimakasih, selesai.


Kalau yang saya rasakan sebagai pegawai Pertashop tidak semudah dan sesingkat itu. Letaknya di desa, pembelinya pun rata-rata ya warga desa. Orang mau ngarit, orang mau nukang, orang mau matun dan kegiatan-kegiatan lain yang khas dengan warga desa. 


Waktu mereka juga tergolong luas, sehingga habis beli mereka gak langsung pergi. Melainkan basa basi, cerita sana-sini, ngelawak dengan jokes bapak-bapak, hingga ngutang seperti tulisan saya di terminal mojok sebelumnya. 


Sebagai pegawai Pertashop, saya punya tuntutan yang lebih besar dibandingkan dengan hanya mengisi, mengasih kembalian kalau ada, lalu mengucapkan terimakasih. Saya dituntut untuk merespon segala bentuk percakapan yang terkadang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya. Seperti tanya rumah saya di mana, sarapan apa, hingga bertanya siapa sosok yang menjadi tamu di Pertashop tempat saya bekerja.


Yang paling membuat kesal adalah mengusir orang gila. Kadang, ada orang gila berwujud kakek-kakek yang mampir dan duduk di panggungan yang menjadi tempat utama pekerjaan saya untuk mengisi BBM para pengendara. Banyak orang yang gak jadi beli gara-gara keberadaannya.


Selain itu, hal yang tak kalah menyebalkan adalah diajak bicara oleh seorang tuna wicara. Bukannya bermaksud merendahkan disabilitas yang dialaminya, yang jadi masalah saya tidak bisa memahami apa yang menjadi pembahasan. Saya hanya bisa menafsirkan apa yang yang disampaikannya yang belum tentu sesuai dengan karepnya. Saya hanya bisa manggut-manggut melihatnya.


Menjadi office boy

Selain pembelinya berbeda, beban pekerjaan saya lebih berat karena merangkap beberapa pekerjaan yang kalau di pom besar seragamnya beda. Pertama, pekerjaan yang saya rangkap adalah cleaning service alias office boy (OB). 


Di pom besar, pekerjaan ini dilakukan oleh orang berseragam Pertamina berwarna hijau. Biasanya selain bersih-bersih, mereka ditugaskan untuk menjaga kotak kebersihan di toilet SPBU yang pernah hilang keberadaannya saat disidak oleh menteri BUMN Erick Thohir.


Terlebih, dikarenakan jalan depan Pertashop tempat saya bekerja adalah jalanan desa, banyak sekali rumput-rumput yang terlepas dari ikatan sehingga jatuh dari juntaian motor pengarit. Rumput -rumput ini membuat saya harus menyapunya setiap waktu agar tidak memberi kesan jelek pada pekerjaan rangkapan saya.


Pekerjaan rangkap kedua, saya juga merangkap sebagai satpam yang biasanya di pom bensin berpakaian serba hitam dan dipekerjakan saat malam hari. Sedangkan saat malam tiba saya di sini bersama istri dituntut menjaga kubus berukuran 27 meter kubik ini. Selama ini belum ada kejadian sih, amit-amit jabang bayi, tapi kalau ada kejadian saya bingung harus apa.


Menjadi pengawas SPBU

Pekerjaan rangkap ketiga adalah sebagai pengawas SPBU yang biasanya berseragam Pertamina warna hitam. Tugas dari jabatan ini adalah untuk mengawasi dan membimbing operator agar bekerja sesuai dengan SOP. Selain itu, mereka diharuskan siap memasang badan ketika ada komplain dari pelanggan. Mereka juga bertugas bertanggung jawab atas pengiriman bensin dari tangki Pertamina. Mulai dari pengukuran stok hingga uji kualitas, pokoknya semua tanggung jawab dia.


Nah, di Pertashop tidak ada orang berseragam ini, sehingga saya juga lah yang merangkap sebagai ini. Karena tidak ada karyawan lain, jadi saya mengawasi diri saya sendiri. Memastikan saya sesuai dengan SOP yang ada. Saya juga pernah memasang badan kepada pelanggan yang komplain saat mesin pompanya suloyo dulu. Saya juga yang bertanggung jawab atas pengiriman oleh tangki Pertamina. Pengiriman surplus membuat saya bahagia, pengiriman minus menjadi tanggungan saya.


Menjadi tukang kebun

Selain itu, saya juga dituntut untuk menjadi tukang kebun. Bapak saya, si empu dari Pertashop yang dari tadi saya bicarakan, menanam beberapa tumbuhan yang entah gunanya apa. Kebun itu kini menambah beban saya sebagai pegawai Pertashop. Saya diharuskan merawat tumbuhan-tumbuhan dengan menyiramnya setiap hari. Saya lakukan itu meskipun tidak tahu apa urgensinya membuat kebun di SPBU.


Semua pekerjaan itu saya lakukan dengan bayaran yang kayaknya sama dengan pegawai pom besar atau malah lebih kecil, saya tidak tahu berapa gaji. Yang jelas, semua itu saya kerjakan dengan imbalan setengah juta lebih murah dibandingkan UMK Kabupaten saya.


Kalau ada yang merekrut kalian sebagai pegawai Pertashop dengan gaji serupa dengan operator  pom besar pada umumnya, tulisan ini bisa dijadikan sebagai pedoman untuk menambah gaji pokok saat interview kerja, kalau calon bosnya peduli.


Gambar: Visual Karsa / Unsplash

Penulis : Muhammad Arif Prayoga


Tags: Pekerjaan gampang, Pertamina, Pegawai Pertashop, Profesi, Lowongan pekerjaan, Pertashop, Operator SPBU,

Posting Komentar

0 Komentar