Opini, Copa Media–Tiba-tiba akun Youtube saya seperti tersambar geledek, yang tadinya ayem-ayem saja tiba-tiba jutaan penonton membanjiri salah satu video saya. Saluran Youtube yang saya tidak sangka akan memenuhi syarat adsense itu bingung mau saya isi apa.
Ini sebuah kisah saya sendiri, tentang pengalaman saya sebagai empu channel Youtube yang terkaget-kaget karena video yang saya unggah di sana viral secara tiba-tiba. Saya rasa nama channelnya tidak perlu disebut, nanti malah dikira saya sedang mengiklan.
Jadi gini ceritanya, saya buat channel sebenarnya sudah sejak lama, kayaknya zaman kuliah dulu sih. Pokoknya akun Youtube saya ini sudah lama mangkrak tidak ada konten baru. Konten terakhir yang saya unggah ke channel ini adalah video tugas kuliah untuk membuat konten bertema dakwah. Kalau saya lihat lagi video itu, gaya penyampaian saya sebagai host di video itu sangat norak, tidak ada kecocokan di bidang relasi publik.
Nah, pada akhir tahun 2021 lalu, saya membeli sebuah CCTV yang sekarang terpasang di depan bisnis Pertashop milik bapak saya. Niatnya sih buat memantau karyawan saat usaha ini ditinggal, bukanya mau suuzon, tapi buat berjaga-jaga saja.
CCTV yang saya beli di online shop ini saya pasang di ujung depan bisnis Pertashop bapak saya. Kalau dilihat melalui aplikasi, saya dan bapak saya bisa memantau apa yang sedang dilakukan oleh karyawan kami sekaligus melihat lalu lalang pengemudi yang melintasi jalan di depan usaha kecil ini. Secara tidak sengaja, sebuah kecelakaan di depan bisnis bapak saya yang terekam oleh CCTV itu.
Sebagai gambaran, Pertashop kami menghadap timur, di depannya ada jalan arteri yang termasuk ramai pada pagi dan sore hari. Untuk menyamakan persepsi, saya menyebut pengendara yang melaju dari selatan ke utara berjalan di lajur kiri. Begitu pula arah sebaliknya, sebut saja lajur kanan.
Ceritanya ada seorang mbak-mbak mau beli bensin di Pertashop kami. Dia datang dari lajur kanan dan terlihat dari kejauhan tampak melipir ke lajur kiri dengan kondisi sein menyala. Tiba-tiba, arah selatan, ada pengemudi Honda CB kebut-kebutan yang sepertinya tidak menggagas mbak-mbak yang sedang melipir tadi. Adu banteng antara keduanya pun tidak dapat terelakkan lagi.
Niat saya mengunggah setiap kejadian itu karena terinspirasi dari tayangan bengkel viral yang katanya terkutuk karena banyak kejadian unik dan viral yang terekam CCTV yang terpasang di bengkel itu. Atas inspirasi itu, video pun sukses terunggah.
Beberapa hari kemudian, kolom komentar dibanjiri oleh pengguna Youtube yang saling berdebat mengenai siapa yang benar dan yang salah dalam video kecelakaan itu. Keramaian ini membuat video ini terus disarankan oleh youtube karena dianggap sesuai dengan alogaritma. Alhasil jumlah penonton dalam video ini mencapai 2,2 juta.
Sebelum video ini viral, saya dianggap belum pantas mendapatkan penghasilan melalui adsense, saat itu syarat untuk diterima adsense adalah 1000 subscriber dan 4000 jam tayangan. Gara-gara video yang ditonton jutaan itu, dalam dua hari channel saya itu memenuhi syarat dan segera saya aktifkan adsensenya.
Setelah aktif, saya mengetahui bahwa video kecelakaan itu berdolar kuning, sehingga iklannya dibatasi karena katanya pengiklan jarang mau ngiklan di konten kecelakaan. Tapi, saya masih sempat merasakan historia keviralan ini dengan mendapat Rp. 30.000an rupiah sebagai upah yang saya dapat dari penonton Youtube Premium.
Awalnya saya berniat untuk melanjutkan inspirasi saya tadi dengan meng-upload rekaman CCTV. Dan benar saja, seminggu pasca viral ada kecelakaan lagi. Tapi sebelum mengunggahnya jadi jadi kepikiran, kalau rekaman ini nanti saya unggah dan viral lagi, bisa-bisa Pertashop bapak saya dicap Pertashop terkutuk dan menjadi sepi bahkan dicabut izin usahanya oleh Pertamina karena tempatnya yang rawan kecelakaan. Atas dasar pikiran itu, saya pun mengurungkan niat saya.
Setelah itu, saya kepikiran untuk menjadi youtuber gaming. Komputer murahan dengan spek RAM 4 gb yang saya kira cukup untuk jadi gamer saya beli seharga tiga jutaan rupiah. Saya juga membeli beberapa game Steam hingga habis ratusan ribu rupiah. Tapi, kekurangan saya di bidang komunikasi membuat saya banyak diam kalau sedang merekam main game. Tapi saya mencoba upload dulu, siapa tahu ada yang mau nonton.
Seminggu berjalan, video-video gaming ini tak kunjung mendapatkan atensi. Penontonnya segitu-segitu aja, tidak sampai 30 orang. Saya coba dengan melakukan live streaming seperti youtuber-youtuber lain. Ternyata sama saja sih, tidak ada yang mau nonton juga. Selain itu, koneksi di tempat saya buruk, itu membuat streaming kadang terputus dalam beberapa menit dan tidak saya sadari.
Tidak kuat melanjutkan karena harus begadang buat rekaman game, saya beralih ke konten alur cerita film yang saya lihat di Youtube banyak peminatnya juga. Saya coba menulis ulang alur cerita sambil memutar filmnya berulang-ulang. Naskah pun selesai setelah berjalan seminggu dan siap untuk rekaman suara.
Untuk rekaman saya lakukan di malam hari, karena rumah saya di pinggir jalan jadi kalau pagi sampai sore banyak suara motor lewat. Setelah selesai merekam, saya edit rekaman suara saya itu dengan menempel-nempelkan adegan yang sesuai dengan dubbingan saya. Setelah beberapa saat, video pun jadi dan siap dinikmati.
Seminggu berselang, video itu tak kunjung sesuai ekspektasi. Jumlah penontonnya terhenti di angka 30 biji. Padahal untuk buat satu video saja butuh waktu paling tidak satu minggu. Karena saya merasa waktu seminggu saya tidak sepadan dengan penonton yang cuma segitu, saya putuskan untuk mengganti tema konten lagi.
Kali ini saya kembali ke konten gaming lagi, tapi lebih ke tutorial game-game puzzle dengan anggapan kalau orang IQnya tidak cukup nanti bisa cari cara di Youtube dan ketemu lah dengan channel saya. Saya meng-upload game-game android puzzle yang lagi ramai dimainkan. Saat itu lagi ramai game Save The Dog. Kontennya cukup ramai, tapi di Youtube Short yang tidak ada uangnya kalau penontonnya tidak sampai jutaan.
Sempat kepikiran untuk menjual channel ini saja, toh di Facebook banyak yang butuh akun Youtube lolos adsense dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Tapi saya berpikir lagi, kalau channel ini saya jual nanti ketika saya punya ide, saya harus memulai dari awal lagi. Itu pun kalau videonya viral lagi baru bisa diterima adsense. Saya pun mengurungkan niat untuk menjual channel ini.
Karena bingung mau jadi youtuber apa lagi, akun Youtube ini saya putuskan hingga sekarang ini menjadi media ala-ala. Inspirasinya dari media-media seperti tribun, viva, kompas, dan lain-lain. Penontonnya masih sedikit, tapi tetap saya jalani saja lah. Toh sedikit-sedikit kata orang bisa jadi bukit.
Gambar: Karolina Grabowska / Pexels
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: YouTube, Youtuber, Subscriber, Viral,
0 Komentar