25 Tahun Kepergian Agus: Bukti "Kayak Digigit Semut" Nggak Ampuh Sejak Dulu


Opini, Copa Media–Publik dihebohkan dengan fenomena anak yang telah lama hilang, kini datang kembali pulang. Agus Samadi Eko Lelono, seorang warga Klaten yang terdampar lebih dari dua dekade di tanah istimewa, tepatnya di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut keterangan sang ibunda, Agus kabur dari rumah bersama dengan tetangganya yang mengalami gangguan jiwa. Kaburnya Agus ini lantaran disuruh ibundanya ikutan sunat saat ada anak tetangga yang berani sunat. Mungkin ibunda terlalu berlebihan dalam membanding anaknya yang masih tahun kedua di bangku sekolah dasar dengan tetangganya itu. Sehingga Agus memutuskan untuk kabur meninggalkan rumah dan keluarganya.

Saat dipaksa itu Agus masih duduk dibangku kelas dua SD, eh sekarang sudah kembali pulang dengan badan yang sudah gede. Sungguh penantian panjang sebagai buntut dari paksaan sunat. Menurut saya kepergian Agus dari keluarganya ini wajar, mengingat saya dulu saat disuruh sunat pada kelas lima pun tantrum parah, apalagi dua tahun selepas lulus TK, pasti takutnya setengah mati.


Zaman saya dibujuk sunat dulu, saya diiming-imingi sebuah hape yang belum layar sentuh dan sejumlah uang tunai. Imbauan kepada saya itu disertai dengan mantra tipuan khas, "Kayak digigit semut," yang sangking populernya sampai masuk dalam skrip animasi tiga dimensi garapan Negeri Jiran Let's Copaque, dengan Upin Ipinnya yang menayangkan episode sunat massal di kampung durian runtuh.


Kepergian Agus selama seperempat abad menjadi satu dari sekian bukti bahwa ajimat "kayak digigit semut" sebenarnya sudah tidak efektif dilakukan sejak dulu. Namun, mengapa mantra ini masih diucapkan hingga sekarang? 


Terlebih, yang memaksa Agus adalah ibundanya yang sudah pasti berjenis kelamin wanita dan belum pernah merasakan sunat. Jelas menjadi sebuah analogi yang tidak bisa dipercaya dari orang yang belum pernah sunat.


Sudah seharusnya kalimat yang susunannya nggak lengkap SPOK ini disempurnakan lagi. Misalnya, "Kayak digigit semut yang sangat besar sehingga membuat manuk-mu mati rasa." Karena memang pasca dibius, alat kelamin lelaki yang akan disunat  menjadi mati rasa dan dokter bisa dengan leluasa semau-maunya memotong ujung kulitnya.


Terlebih, seharusnya kalimat yang sudah disempurnakan ini harus dilantunkan oleh seorang ayah yang kapabilitasnya di bidang persunatan bisa dibilang berpengalaman. Tapi, buat para ibu jangan bersakit hati, nasihatmu masih bisa digunakan ke anak saat anak perempuan akan menikah nanti. Karena ibu lebih berpengalaman dalam mengandung selama lebih kurang sembilan bulan.


Kembali ke urusan persunatan. Untuk ayah, jangan lupa pula memberikan beberapa sajian iming-iming yang setimpal dengan rasa sakit yang dirasakan bukan saat sunatnya, melainkan berhari-hari pasca ujung kulit itu telah terpotong. Terlebih saat pagi hari tiba-tiba "berdiri", ngilunya setengah mati. Seorang ayah pasti tahu rasanya, kecuali dulunya juga kabur selama puluhan tahun seperti Agus juga.


Dengan kalimat yang sudah disempurnakan itu, saya yakin anak-anak yang disunat akan lebih lama dari pada Agus kaburnya. Ya iyalah, wong ancamannya lebih parah daripada digigit semut, mau dijanjikan Iphone pro max pun kayaknya juga bakal ogah


Kalau mau saran yang benar-benar saran dari saya, coba jelaskan kepada anak yang sudah waktunya sunat dengan edukasi yang bisa masuk di otak anak yang masih berusia dini. Baik dengan pendekatan agama, maupun dengan pendekatan kesehatan bertajuk edukasi seks yang lebih penting untuk disampaikan kepada anak. Cara ini lebih baik daripada hanya menipu yang akhirnya dirasakan sendiri oleh sang anak bahwa orang tuanya telah menipu dirinya.


Edukasi itu harus didukung dengan kesiapan anak. Jangan membanding anak tetangga dengan anak sendiri. Anak tetangga yang sudah berani sunat bukan bukan berarti menjadi tanda bahwa anakmu sudah siap juga. Karena kesiapan sunat masing-masing anak berbeda, tergantung banyak faktor, termasuk bimbingan orang tua.


Gambar: Rawpixel.com

Penulis : Muhammad Arif Prayoga 


Tags: Kayak digigit semut, Klaten, Bantul, Sunat, Agus Samadi Eko Lelono,

Posting Komentar

0 Komentar