4 Dosa Pengawal Mobil Jenazah yang Bergaya Bak Orang Penting


Profesi yang benar-benar mengawal orang penting seperti Paspampres yang melindungi presiden saja nggak sebar-bar itu di jalan raya. Mengapa mereka heboh saat mengawal mobil pengangkut jenazah?


Artikel ini pernah dikirim dan ditayangkan di Terminal Mojok dan telah memenuhi persyaratan untuk diunggah di media lain atas persetujuan penulis dalam waktu sekurang-kurangnya 7 hari setelah penayangan di Terminal Mojok.

Keluhan, Copa Media–Pengawal mobil jenazah, adalah pekerjaan dadakan yang didapuk oleh pemuda-pemudi sebagai tetangga dari keluarga yang berduka. Lazimnya, pengawal sukarela ini memakai pakaian serba hitam, berboncengan menggunakan sepeda motor, dan yang membonceng membawa senjata berupa bendera dengan warna berbeda-beda, tergantung lokasi pengawalannya.


Sebenarnya, mobil jenazah termasuk satu dari sekian mobil yang memiliki prioritas di jalan raya. Ketentuannya, tercatat dalam Pasal 134 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Pasal itu, iring-iringan mobil jenazah menjadi urutan prioritas nomor 6 di jalan raya. 


Keberadaannya lebih diprioritaskan daripada konvoi kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan Polri, namun tidak lebih prioritas daripada 5 mobil lainnya. Yakni, pemadam kebakaran yang sedang bertugas, ambulans yang mengangkut orang sakit, kendaraan pemberi pertolongan pada kecelakaan, pimpinan Lembaga Negara RI, serta pimpinan dan pejabat asing dan tamu negara.


Meskipun termasuk dalam jajaran prioritas jalanan, namun saya kurang setuju dengan hak istimewa itu. Terutama kepada pengawal berdosa yang bar-bar bak mengawal orang penting. Padahal, urgensi mereka nggak penting-penting amat untuk disegerakan. Apa saja dosa mereka?


#1 Memakai setengah lajur yang berlawanan


Korban dari kebar-baran pengawal mobil jenazah biasanya adalah pengendara yang berlawanan arah dengan mereka. Mereka yang awalnya berkendara santai agar selamat sampai tujuan tiba-tiba dibuat panik oleh sekumpulan orang ber-dresscode hitam yang menghidupkan klakson secara bar-bar dan meresahkan.


Mau tak mau, pengendara motor yang berlawanan ini harus mepet ke tepian jalan agar tidak tertabrak oleh mereka. Semoga saja belum ada korban yang terjatuh imbas kesewenangan mereka di jalan raya. Kalau ada sih, perlu adanya ketentuan dan persyaratan tambahan untuk mengontrol kebar-baran mereka.


#2 Membawa senjata berupa bendera


Sepengalaman saya sebagai orang yang pernah dipalak hak berkendara di jalan raya, saya ada rasa kesal dan ingin nekat tetap berada di lajur kendara saya. Namun, keberadaan mereka dibekali dengan sebuah kayu yang diberi bendera berwarna. Saya jadi takut dan mengurungkan niat karena sebuah kejadian yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.


Suatu ketika, saya melihat seseorang dipukul dengan gagang bendera itu karena beliau berkendara di depan iring-iringan itu dan nggak mengindahkan peringatan dari para pengawal bar-bar itu. Sepeda motor yang dikendarai oleh seorang lansia itu sampai terjatuh dibuatnya. 


Alih-alih membantu, mereka malah kabur seolah nggak terjadi apa-apa. Beruntung di belakang kakek itu ada saya dan beberapa pengendara lain yang mau membantunya memberdirikan motor.


#3 Kebut-kebutan


Ini yang saya nggak tahu alasannya apa. Kenapa mereka buru-buru dalam memakamkan jenazah itu? Kalau prioritas jalan raya lain, saya tahu mereka dikejar sebuah tenggat waktu untuk menghadiri acara tertentu. Apalagi ambulans dan pemadam kebakaran, terlambat sedikit saja bisa menyebabkan korban nggak tertolong


Nah, kalau pengawal mobil jenazah itu mengejar atau dikejar apa? Rebutan galian kubur? Toh, setahu saya tanah kuburan itu sudah dipesan dan digali sebelum jenazah menuju lokasi. Lalu apa dong alasan kesewenangan mereka di jalan raya?


#4 Merasa lebih penting dari siapapun


Setiap orang yang hidup di dunia pasti punya sebuah kepentingan, termasuk para pengendara motor yang berlalu lalang di jalanan. Kalau nggak ada kepentingan sama sekali, kenapa harus capek-capek berkendara di jalan raya? Kan sia-sia jadinya. 


Ukuran prioritas kepentingan memang sudah dijabarkan oleh Pasal di atas. Namun, menurut saya pengawalan atau iring-iringan mobil jenazah nggak terlalu mendesak dan malah cenderung berlaku sewenang-wenang. Menurut saya, aturan itu perlu ditata ulang agar nggak lagi memakan korban. 


Gambar: Gail Rubin / Pixabay

Penulis: Muhammad Arif Prayoga 


Tags: Pengawal mobil jenazah, Jalan raya, Dosa, Bak orang penting,

Posting Komentar

0 Komentar