5 Niat Terselubung Pelanggan Pertashop yang Aslinya Nggak Mau Beli Bensin



Sebenarnya nggak papa sih, sebagai bangunan yang ada di pinggir jalan kami maklum dengan adanya niat lain selain beli bensin. Tapi kan ini pom bensin, nggak afdol kalau nggak beli bensin dulu, kan?


Artikel ini pernah dikirim dan ditayangkan di Terminal Mojok dan telah memenuhi persyaratan untuk diunggah di media lain atas persetujuan penulis dalam waktu sekurang-kurangnya 7 hari setelah penayangan di Terminal Mojok.


Opini, Copa Media–Sebagai salah satu jenis pom bensin, Pertashop adalah tempat tujuan pembangunannya adalah mengadakan sarana untuk mengisi bensin. Namun, untuk memantik selera pengendara untuk hinggap di sana agar terlihat ramai, pihak pengelola mengadakan fasilitas-fasilitas lain, tambah angin, minimarket, restoran, toilet, mushola, dan lain sebagainya.


Tujuan diadakannya fasilitas ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meningkatkan citra, sehingga pengguna jalan yang lewat akan nggak akan merasa ragu untuk memenuhi tangki BBM pada sepeda motornya dengan bensin yang dijual. Sebab, dengan adanya keramaian di beberapa fasilitas yang ditawarkan itu, segala bentuk komplain terhadap pelayanan akan segera ditindak lanjuti. Malu lah, kalau didengar orang banyak, hehe.


Namun, pada penerapannya, fasilitas-fasilitas ini tidak berdampak banyak terhadap penjualan bensin. Hal ini dikarenakan adanya niat-niat terselubung dari pengendara motor yang datang. Selain menukar uang ratusan ribu menjadi pecahan yang menjadi hoaks lama yang sudah saya luruskan di Terminal Mojok, berikut beberapa niat terselubung dari pengendara motor yang datang ke Pertashop bukan untuk membeli bensin.


#1 Numpang fasilitas toilet


Lagi-lagi, sebenarnya nggak papa meminjam toilet di tempat kerja saya untuk dikencingi, dijadikan tempat berak, bahkan dipakai untuk mandi. Kami, sebagai pengelola tempat ikhlas kalau nggak dibayar untuk mengadakan fasilitas ini. Toh, saya nggak menyediakan kotak biaya kebersihan di depan toilet, bahkan sebelum dilarang oleh Pak Erick Thohir. Tapi, ya mbok sedikit beretika!


Begini, ya, area Pertashop itu cenderung kecil, tidak sebesar SPBU reguler. Kedatangan siapapun dengan tujuan apapun ke area yang menjadi tempat kerja saya ini akan terlihat jelas oleh mata saya. Paling nggak, ya mbok permisi dulu sama saya selaku penjaganya, bukannya asal ndludus saja.


Saya tahu, hajatmu harus segera dituntaskan dengan tempo sesingkat-singkatnya. Tapi dengan meminta izin dulu nggak mempercepat keluarnya hajatmu kok. Suer, nggak bohong, coba deh permisi saat kebelet dan sudah di ujung. Nggak bakal ngompol. Kalau udah permisi dan menggunakan fasilitas toilet, jangan lupa disiram ya!


#2 Penitipan sepeda motor


Nggak sering sih, tapi beberapa kali orang menitipkan sepeda motor kepada saya selaku penunggu Pertashop. Ada beberapa alasan mengapa mereka menitipkan motor. Pertama, dia hendak mengamen di pemukiman warga di dekat Pertashop. Mungkin dengan dititipkannya motor kepada saya, pengamen tersebut lebih mendapat empati dari warga desa.


Kedua, menjadikan Pertashop sebagai titik kumpul. Biasanya, ada salah satu orang dari perkumpulan tersebut yang menggunakan mobil. Mereka pun nebeng mobil tersebut dan motornya dititipkan ke saya. Huh, kan ada yang namanya jasa penitipan sepeda motor, kenapa harus menjadikan tempat kerja saya sebagai titik kumpul dan penitipan motor coba?


Ketiga, sepeda motornya mogok atau rusak. Ini yang paling menyebalkan menurut saya. Memang sebelah Pertashop tempat saya bekerja adalah bengkel sepeda motor milik Mas Yono, penting nggak penting sih sebenarnya buat tahu namanya. Namun, bukan berarti saya mewarisi ilmu reparasi otomotif beliau. Menitipkan motor ke saya tidak akan mengubah status rusaknya. Apalagi kalau sampai nginep, menuh-menuhin tempat saja!


#3 Mau mengiyup karena hujan deras


Memang Pertashop tempat saya bekerja ada iyup-iyupan, fungsinya adalah melindungi saya sebagai pekerja saat hujan deras tiba dan agar bisa tetap melayani pelanggan dalam cuaca apapun. Namun, keberadaan atap baja ringan ini sering disalahartikan oleh pengunjung yang bahkan tidak membeli bensin satu mililiter pun.


Saat hujan deras, mereka dengan seenak jidat ikut meneduh atau mengiyup. Selain menuh-menuhin tempat, suasana untek-untekan di tempat kerja saya ini sangat mengganggu kenyamanan saya. Rasanya, saya ingin menempelkan tulisan "Bukan tempat mengiyup!". Namun, pasti akan sangat dilarang oleh pengelola Pertashop yang adalah bapak saya sendiri.


#4 Nunut buang sampah


Ada sih, fasilitas tempat sampah Pertashop tempat kerja saya, tapi, keranjangnya sangat kecil untuk menampung sampah-sampah orang juga. Kalau terus ditambah padahal di sini nggak ada yang namanya tukang sampah, ya nggak muat. Sampah dari saya sendiri saya sudah banyak, karena memang saya disuruh untuk meninggali area ini. Lha kalau masih dituntut untuk bertanggung jawab atas limbah sampah orang lain, yo nggak mampu saya.


Memang beberapa kali saya atau bapak saya membakar sampah-sampah tersebut. Tapi kan, saya nggak tahu sampah apa saja yang dibuang oleh orang random, sampahnya kering apa basah? Kalau basah, harus saya apakan? Harus saya keringkan dulu, baru saya bakar? Ribet sekali mengurusi limbah hidup orang?


#5 Membuang uang receh


Menukar uang dari nominal ratusan ke pecahan ribuan hingga puluhan ribu memang paling menyebalkan. Namun, membuang uang receh (koin) dengan jumlah ratusan ribu rupiah juga nggak kalah menyebalkan. Selain membutuhkan wadah khusus berna kresek untuk menyetorkannya, menghitungnya harus jeli sehingga membutuhkan banyak waktu. Apalagi kalau harus disambi menjual bensin. Wira-wiri terus, Bosku!


Saya merasa, orang-orang berusaha mengganti pengertian Pertashop atau SPBU dari definisi yang sebenarnya, yakni tempat mengisi bahan bakar minyak (BBM). Keberadaan Pertashop tempat saya bekerja ini seolah menggeser keberadaan layanan keuangan seperti bank dan koperasi simpan pinjam. Selain menjual bensin, Pertashop saya dianggap mengadakan beberapa fasilitas keuangan seperti pinjaman uang, pemecahan uang, hingga penukaran uang receh.


Gambar: bere_moonlight0 / Pixabay

Penulis : Muhammad Arif Prayoga


 Tags: Beli bensin, Pertamina, Nggak mau, SPBU Pertamina, Niat terselubung, Pertashop, Pelanggan,

Posting Komentar

0 Komentar