Namanya publikasi, kan, fungsinya adalah memberi informasi kepada publik. Nah, kalau memberi informasi setengah-setengah, maaf nanya, faedahnya apa ya?
Opini, Copa Media–Media sosial dengan berbagai fitur berbagi informasinya kian meresahkan. Diadakan fitur-fitur untuk membagikan informasi kepada semua orang, bahkan yang tidak membutuhkan. Seperti story pada Instagram atau status pada WhatsApp dan Twitter. Semua informasi bisa dibagikan melalui fitur ini, sekalipun berhubungan dengan privasi.
Sebenarnya, nggak ada yang memaksa mereka untuk mengumbar informasi yang berisi konten pribadi itu. Mereka sendiri, para pembuat status atau story-lah yang mengunggah konten itu, entah dengan maksud dan tujuan apa. Namun, yang membuat benak saya ingin menghujat adalah adanya sensor berupa coretan-coretan di unggahan tersebut.
Saya yang sebelumnya tidak ada minat untuk mengerti lebih jauh tentang apa yang berusaha disampaikannya, malah jadi dirundung rasa penasaran berlebihan untuk tahu kata apa atau nama siapa yang ada di balik coretan itu. Rasanya, publikasi yang setengah-setengah ini sangat mengganggu pikiran saya sebagai pembacanya.
Supaya nggak mengganggu pikiran saya lagi, berikut saya memberikan beberapa tips dan trik supaya status maupun story-mu tidak perlu dicorat-coret apapun. Tolong diresapi, diilhami, dan diterapkan ya, Lur! Semoga membantu.
#1 Crop nama pengirim
Cropping, atau memotong sebagian konten untuk keperluan publikasi selama masih bisa memperjelas gagasan boleh untuk dilakukan. Kegiatan ini ditujukan untuk memotong bagian-bagian pada konten yang dirasa tidak perlu untuk diumbar.
Sebenarnya sensor yang dilakukan oleh para pembuat status WhatsApp sah-sah saja, namun, alangkah baiknya untuk melihat sisi estetika dari informasi yang diberikan. Daripada dicoret-coret menjadikan informasi itu tidak menarik untuk dibaca, lebih baik informasi yang bersifat privasi dipotong saja. Kalau perlu, setelah dipotong digabungkan lagi dengan dibuat kolase dan bumbu-bumbu editing foto agar lebih menarik untuk dibaca.
#2 Gunakan warna yang sesuai sebagai coretan
Sering saya lihat selama ini saya lihat di status teman-teman saya, mereka mengunggah tangkapan layar chat kepada temannya yang dicoret-coret menggunakan beberapa warna. Ada yang merah, biru, hijau, semau-maunya dia lah pokoknya. Mungkin warna-warna yang mencolok itu membuat beberapa konteks yang dirahasiakan bisa tertutup dengan jelas. Padahal, dengan warna-warna mencolok itu, malah mengurangi kemenarikan konten itu.
Saran dari saya, coba gunakan warna yang sama dengan background tulisan. Misalnya mau menghilangkan nama atau nomor dari tangkapan layar percakapan WhatsApp, background gelembung chat untuk lawan bicara adalah putih, sedangkan balasan kita berwarna hijau muda. Nah, kalau untuk menyensor lawan bicara, bisa pakai coretan warna putih, sedangkan untuk kalimat kita sendiri gunakan warna hijau muda. Dijamin, lebih enak dilihat.
#3 Copy paste ke status dalam bentuk teks
Kalau masih tidak membantu atau terlalu susah untuk mencari warna coretan yang sama, di-copas saja percakapannya lalu dibuat status dalam bentuk teks. Aplikasi WhatsApp baik kok, dengan meng-copy dan mem-paste-nya, secara otomatis akan ada timestamp dan nama pengirim pesan (kalau di pengaturan diaktifkan). Nah, dengan begitu, tinggal diubah saja nama pengirimnya itu supaya tersamarkan. Mudah, bukan?
#4 Samarkan melalui nama kontak
Nah, kalau masih malas juga mengubah nama pengirim saat meng-copas-nya di status dalam bentuk teks, saran saya adalah mengubah nama pengirimnya dari kontak. Keaslian tangkapan layar terjaga lengkap dengan wallpaper, waktu pengiriman pesan, waktu tangkapan layar, bahkan penggunaan data seluler maupun Wi-Fi pun masih tertampilkan.
Menurut saya, ini adalah cara yang paling baik untuk menyensor nama atau nomor orang lain di WhatsApp. Namun, kalau yang ingin disensor adalah isi chat, maka cara ini nggak bisa dilakukan, sehingga cara nomor 2 jauh lebih bisa digunakan.
#5 Nggak usah berbagi kalau ditutupi
Nah, kalau empat cara yang saya sarankan di atas tidak mau dilakukan, ya masih ada satu solusi sih. Solusi dari saya adalah, nggak usah berbagi tangkapan layar ke publik kalau harus ada yang ditutupi. Diam lebih baik daripada menyebalkan, bukan? Kalau ada aib yang harus ditutup, kenapa publik harus tahu urusan kalian? Saya mewakili publik tidak memaksa untuk tahu ranah pribadimu kok, suer.
Daripada timbul rasa kesal dari menerima informasi setengah-setengah di benak pembaca status tersebut, lebih baik status tersebut dikhususkan untuk orang yang bersangkutan. Selain agar pembacanya sudah relate dengan percakapan yang di-screenshot, hal ini dimaksudkan supaya menimbulkan respon dan membangkitkan kembali percakapan yang mungkin terhenti karena satu dan lain hal. Jadinya, kan, lebih berfaedah juga. Ya, kan?
Gambar: Pexels / Pixabay
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: tips dan trik, saran, Pembuat status, Sensor nama, WhatsApp,
0 Komentar