Usaha bisa lebih laris jika pengelolaannya dibarengi dengan seni marketing, tapi kayaknya faktor keamanan dan kenyamanan jauh lebih penting. Ya nggak sih?
Opini, Copa Media–Konsep bisnis unik biasanya banjir pujian karena suasana baru yang dibawakannya. Tak ayal jika konsep-konsep unik itu sering disebut dengan marketing tingkat dewa atau dipikir matang-matang oleh seorang bergelar S3 Marketing. Tapi kayaknya, nggak semua, sebuah kafe berkonsep unfinished banjir dengan anggapan miring dari warganet.
Saya menemukan sebuah gambar yang dibagikan oleh situs kolektor gambar lucu, One Cak, gambar itu bisa juga kamu lihat di sini. Gambar itu memperlihatkan sebuah kafe yang katanya menggunakan konsep unfinished, yakni konsep bangunannya seolah-olah belum jadi. Katanya, kafe yang ada di gambar itu letaknya di Sukabumi. Meski begitu, kata beberapa orang yang berkomentar di gambar itu, sudah banyak kafe yang menerapkan konsep kesederhanaan ini
Dari kolom komentar gambar itu, saya menemukan beberapa cibiran warganet kepada kafe di Sukabumi itu. Beberapa ledekan itu masuk ke otak saya dan membuat gumam di hati saya, "Hmm, iya juga ya?" Apa saja ledekan-ledekan yang membuat saya berpikir masuk akal itu?
#1 Faktor keamanan pelanggan tidak terjamin
Tembok yang dijebol dengan semaunya tanpa diimbangi dengan ilmu terapan teknik sipil atau minimal ilmu pertukangan bisa menjadi rawan ambruk. Tentu, marketing yang diterapkan untuk menggugah selera orang yang datang nggak setimpal dengan nyawa yang dipertaruhkan kalau sewaktu-waktu bangunan itu ambruk.
Apalagi, konsep unfinished dalam kafe yang ada di gambar sepertinya sedikit melenceng dari konsep yang sebenarnya. Menurut saya, konsep unfinished yang benar tetap menjunjung tinggi keamanan dan keselamatan pelanggannya. Bangunan sudah jadi sebenarnya, namun temboknya dibuat seolah belum diplester, apalagi dicat. Berbeda dengan kafe di gambar yang sudah diplester dan dicat rapi, lalu dihancurkan secara awur-awuran.
Konsep unfinished secara tidak sengaja biasanya dilakukan oleh warung makan start-up alias baru buka. Suasana ngiras di warung dengan kondisi tembok yang masih berwujud batako tidak mengurangi rasa nyaman saya saat mengonsumsi menu yang disajikan.
#2 Potret pemborong belum lunas tapi kejar pemasukan
Konsep yang ditawarkan oleh kafe di Sukabumi yang menjadi ledek-ledekan warganet ini tampak seperti bangunan yang mangkrak akibat ditinggal pemborong karena belum dibayar lunas kerja kerasnya. Mungkin awalnya kafe ini sudah setengah jadi, tinggal finishing, tapi karena pembayaran tak kunjung dilunasi, bangunan itu pun ditinggal.
Sebelum ditinggal pergi, para pekerja dari pemborong menghancurkan jerih payah hasil kerja mereka sebagai bentuk protes. Kepergian ini dimanfaatkan oleh pemilik tanah untuk segera menggunakan tempat tersebut agar bisa segera melunasi pembayaran yang terus ditagih oleh pemborong.
Ya, meskipun cerita di atas adalah khayalan saya berdasarkan komentar warganet terkait fenomena kafe salah konsep ini, saya merasa komentar itu sangat masuk akal dan ada kemungkinan untuk benar sesuai khayalan saya. Meskipun kecil kemungkinannya.
#3 Kuli bakal nggak jenak berlama-lama di sana
Seorang kuli kalau diajak makan gratis di sana nggak akan jenak. Bagaimana ya, bangunan yang lebih mirip dengan rumah tak berpenghuni bertahun-tahun itu mungkin akan membuat para kuli sakit hati.
Bisa jadi, di benak mereka bangunan salah konsep ini adalah bentuk penistaan terhadap profesi yang telah mereka geluti berpuluh-puluh tahun. Apalagi kalau tembok itu dijebol tanpa sepengetahuan kuli yang membangunnya, sudah barang tentu harga dirinya terinjak-injak jika disuruh datang saat hari launcing kafe tiba.
#4 Bangunan semi bencana alam
Komentar ini agak gelap menurut saya, karena membawa-bawa bencana alam. Tapi, kalau si pengelola dengan sengaja dan akal sehat menjadikan kafe yang konsep yang jauh dari kata estetik ini wajar jika komentar miring ini turut menghiasi kolom komentar di gambar ini.
Terlebih, dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang nggak digagas oleh pengelola, komentar dark ini bisa saja menjadi kenyataan. Kalau nggak roboh, minimal makanan berkuah yang dipesan oleh pelanggan kejatuhan material, dan memaksa si pelanggan untuk menyantap menu material kuah yang disajikan.
#5 Konsep mandor kabur
Komentar kelima ini juga cukup masuk akal. Kalau komentar kedua tadi adalah kesalahan pemilik tanah yang nggak cukup uang tapi memaksakan bangunan usaha, nah kalau di komentar ini kesalahan ada pada pemegang kuasa pembangunan proyek.
Bisa jadi, pemilik tanah ditipu oleh mandor yang sudah dibayar diawal tapi malah pergi menghilang entah di universe mana. Nggak mau rugi, si pemilik tanah yang hendak membangun bisnis pun membangun sebisanya tanpa ilmu pertukangan sedikitpun. Karena merupakan karya pribadi, apapun hasilnya patut disyukuri. Sehingga, kafe itu pun tetap beroperasi.
Gambar: pressfoto / Freepik
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: opini, Warga, Kafe unfinished, Cibiran, Kafe,Unfinished, Twitter, Masuk akal,
0 Komentar