Coretan cat semprot warna putih berbentuk 4 siku-siku menyudut yang lubang bertebaran di sepanjang jalan di Kabupaten Sragen. Beberapa sudah memang sudah ditambal dengan aspal, tapi penambalan dilakukan tanpa disertai estetika dan kualitas bahan sehingga terlihat seperti ban dalam yang rajin mampir ke tambal ban.
Opini, Copa Media – Sebagai menantu yang baik, saya ingin mempertemukan istri saya dengan orang tua kandungnya yang saat ini juga saya sebut sebagai mertua. Buat pengetahuan saja, istri saya awalnya adalah penduduk yang punya KTP Kabupaten Sragen sebelum akhirnya saya nikahi dan menjadi warga Kabupaten Karanganyar.
Meskipun dua kabupaten ini saling berbatasan, perjalanan lintas kabupaten itu berlangsung sekitar satu jam karena tiga alasan. Alasan pertama, istri saya saat ini sedang hamil besar sehingga saya harus pelan-pelan agar tidak terjadi apa-apa pada calon anak saya.
Kedua, perjalanan berlangsung pada malam hari karena pekerjaan saya menuntut berangkat pagi pulang malam. Perjalanan malam ini membuat saya memutuskan untuk lebih hati-hati untuk mengurangi risiko mati dengan mengurangi kecepatan.
Alasan ketiga dan menjadi yang terakhir, saya ingin menyampaikan aspirasi saya melalui media sambat ini dalam bentuk surat terbuka kepada mereka yang duduk di kursi pemerintahan kabupaten yang menggunakan gading purba sebagai ikon wilayahnya. Perkenankan saya untuk menyurat keluhan saya sambil bercerita.
Malam itu, saya memulai perjalanan dari rumah saya di sebuah desa yang masih termasuk wilayah Kabupaten Karanganyar tetapi berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen. Melalui jalan arteri, saya tidak menemukan masalah yang berarti.
Masalah justru saya temukan saat memasuki tugu gading yang menjadi pertanda bahwa saya telah memasuki wilayah dengan bupati yang berbeda. Sebelum tugu itu, saya berkendara dengan kecepatan yang biasa-biasa saja, sekitar 40 hingga 50 jam per kilometernya.
Setelah melewati tugu, saya pun meningkatkan fokus saya pada jalan raya. Hal itu saya lakukan untuk mengatasi terjadi kembalinya kejadian "tidak enak" calon istri saya saat itu. Beberapa bulan lalu kekasih hati saya pernah terjerembab di lubang depan franchise minimarket berinisial A.
Lubang itu menjadi bukti ketidaktuntasan pemerintah daerah khususnya Kabupaten Sragen dalam memberikan fasilitas jalan yang memadai. Bahkan, sejak kejadian berbulan-bulan yang lalu itu hingga kami berubah status dari pacaran hingga ke pelaminan, lubang itu tetap menjadi lubang meskipun terlihat tambalan tak sempurna di sekelilingnya.
Awalnya saya sempat ber-husnuzon bahwa lubang itu tidak terlalu digagas oleh pemerintah kabupaten karena lokasinya yang berada jauh dari kursi kekuasaan mereka. Tapi, seketika prasangka baik saya itu saya urungkan ketika saya semakin menuju pemerintahan pusat nya, atau kalau orang sana menyebutnya "Sragen Kota".
Di sepanjang jalan yang menurut saya termasuk baru di Kabupaten Sragen itu banyak gangguan kasat mata yang saya rasakan. Saya bilang jalan itu baru karena pembaharuan dan perluasan jalan sudah rampung tahun lalu.
Gangguan yang saya alami adalah adanya beberapa golombang yang tidak sepatutnya ada di jalan. Meskipun tempatnya di tengah dan mepet dengan pembatas yang tidak mungkin saya lalui, beberapa gelombang yang saya lihat ini ini cukup mengganggu pikiran saya. Pikiran saya bertanya-tanya kenapa bisa ada mereka yang tidak sepatutnya ada di jalan baru.
Selain itu, saya juga melihat beberapa coretan putih berbentuk empat siku-siku yang membentuk persegi tidak terhubung di beberapa sisi jalan. Bukan vandalisme yang dilakukan anak muda maksud saya, melainkan coretan yang sepertinya dibuat oleh kontraktor pembuat jalan atau dinas terkait sebagai tanda keberadaan lubang yang akan segera ditambal.
Ada satu hal yang turut mematik saya untuk beremosi. Di jalan yang kelihatan jelek, dipasang sebingkai MMT yang bertuliskan, "Awas jalan bergelombang." Himbauan ini tentu sangat membuat saya geram, dari pada membuat sebingkai tulisan ini, kenapa tidak lekas diperbaiki saja dengan bahan yang lebih berkualitas supaya tidak perlu susah-susah memperbaiki lagi dalam waktu dekat.
Sebenarnya papan himbauan ini sempat membuat saya resah dulu. Saat itu jalan raya itu belum diperbaiki, sehingga perlu jiwa anak racing sekadar untuk melewati jalan di Kabupaten Sragen ini. Tulisan "Hati-hati jalan berlubang" yang menempel di beberapa tiang pinggir jalan itu saya baca setiap kali menjemput dan mengantar istri yang saat itu masih menjadi pacar.
Saat itu saya sempat menggumam geram dengan keberadaan papan himbauan dari dinas setempat. Saya ingin menulisnya, tapi saya selalu lupa. Hingga suatu masa, saya mengurungkan niat untuk meresahkan hati karena ada i'tikat baik dengan jalan diperbaiki, eh lha kok sudah rusak lagi dan papan itu ada lagi.
Buat Ibu Bupati dan Pak Wakil maupun orang-orang yang bertanggung jawab atas hal ini. Bu, Pak, memang saya bukan warga panjenengan, tetapi saya sebagai menantu dari mertua yang berkependudukan Sragen, saya dan mungkin pengguna jalan lainnya yang punya keluhan sama memohon supaya diberikan fasilitas jalan raya yang berkualitas demi keselamatan dan kesehatan mental kami.
Saya dan pengguna jalan lain memerlukan penunjang perjalanan yang "bergizi", bukan lubang-lubang yang membuat saya berkelak-kelok layaknya Valentino Rossi atau tambalan-tambalan bergelombang yang tidak bisa mata saya nikmati. Ini jalan lintas provinsi lho Pak, Bu, apa tidak kasihan sama Pak Gubernur kalau sampai disalahkan terkait akses jalan masuk dan keluar provinsinya kayak tsunami, amit-amit jabang bayi.
Padahal, bulan November lalu kabupaten yang panjengengan "kuasai" mampu lho mengantar "sekolah wisata" 196 kepala desa ke bali. Apa itu lebih mendesak dibandingkan kepentingan penduduk yang melewati jalan ini? Lebih baik segera bertaubat, anggarkan perbaikan jalan dengan serius. Jangan asal tambal sehingga menimbulkan kesan di benak saya bahwa kontraktornya adalah seorang tukang tambal ban.
Gambar: Quang Nguyen Vinh / Pexels
Penulis: Muhammad Arif Prayoga
Tags: Lintas provinsi, Jalan raya, Kabupaten Sragen, Fasilitas umum, Bupati, Surat terbuka,
0 Komentar