Opini, Copa Media–Kata mas Immanuel Joseph Phanata melalui tulisannya di Terminal Mojok sih, Pertashop lebih nyaman karena mengisi bensin di SPBU bikin resah. Tapi, sebagai penulis yang mengabdikan diri sebagai ahli per-Pertashop-an, belagu dikit nggak papa kali ya, saya ingin sedikit menyanggahnya.
Saya merasa kalau mas Immanuel ini datang di Pertashop yang ketat dalam mematuhi SOP penyaluran BBM yang dilayangkan langsung oleh Pertamina. Sedangkan, nggak semua operator Pertashop memenuhinya.
Artikel ini pernah dikirim dan ditayangkan di Terminal Mojok dan telah memenuhi persyaratan untuk diunggah di media lain atas persetujuan penulis dalam waktu sekurang-kurangnya 7 hari setelah penayangan di Terminal Mojok.
Saat berkunjung ke Tawangmangu, Karanganyar dari rumah mertua saya di Sragen, saya menjumpai banyak sekali Pertashop di pinggir jalan. Kayaknya, kalau belum tambah lagi jumlahnya, di sana saya dan istri menjumpai 5 Pertashop. Berdasarkan profesi saya sendiri selaku operator Pertashop dan pengalaman saya saat membeli BBM di beberapa Pertashop untuk study banding, berikut paparan dosa-dosa yang membuat lapak mereka semakin sepi, bahkan jarang diminati.
#1 Melayani dengan nyeker
Nggak semua Pertashop sih, tapi saya pernah sekali membeli BBM di salah satu dari lima Pertashop yang saya lewati tadi. Saya memberhentikan motor saya di depan pompa bensin atau yang kami sebut dengan "modular" sambil menunggu dilayani. Nggak lama kemudian, sesosok bercelana merah mendatangi saya dengan telanjang kaki alias nyeker.
Saya bilang hanya celana merah, karena memang dia tidak mengenakan atasan khas operator SPBU yang saya yakin–berdasarkan pengalaman saya sendiri–dibeli dari online shop. Dia menggunakan kaos hitam sambil memegang galah, entah mau menyenggek apa di pohon belakang modular. Setelah menaruh galahnya, dia menghampiri saya dan melayani kemauan saya, apa lagi kalau bukan mengisi bensin motor Honda Beat kesayangan saya.
#2 Nggak peduli dengan kebersihan
Di beberapa Pertashop memang menyediakan fasilitas umum atau fasum yang bisa digunakan, baik oleh pelanggan, maupun yang hanya numpang saja. Fasilitas yang sudah pasti ada sih toilet, ada juga sebagian yang menyediakan mushola untuk sholat.
Nah, suatu ketika, saat sedang perjalanan ke rumah mertua, istri saya kebelet pipis yang tak tertahankan. Saya pun memutuskan untuk berhenti sementara di sebuah Pertashop yang masih masuk dalam Kabupaten Sragen. Saat itu Pertashopnya sudah tutup dan ditinggal oleh operatornya, tapi CCTV saya hitung ada tiga. Ngapain juga ya saya menghitung CCTVnya?Hehe.
Baru menunggu beberapa detik saja, istri saya langsung keluar, bahkan dia baru masuk dan belum sempat menutup pintu. Katanya, toilet yang ada di sana sangat menjijikkan dan tak layak untuk digunakan walaupun hanya untuk pipis saja. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju SPBU terdekat untuk menuntaskan hajat istri saya.
#3 Nggak stand by di mesin pompa
Kata bapak saya yang juga merupakan pengelola Pertashop, hal ini pernah menjadi bahan pembicaraan pada saat rapat antar pengelola Pertashop se-Karanganyar. Kata bapak saya, salah seorang pemilik Pertashop di Karanganyar mengimbau untuk Pertashop-Pertashop lain agar operatornya stand by di sekitar modular agar pelanggan tidak menunggu terlalu lama. Menurut bapak saya yang mengutip dari bapak itu, itulah faktor internal yang menyebabkan Pertashop sepi, selain masalah ketimpangan harga.
Dan benar saja, pernah suatu saat saya ingin mengisi BBM di sebuah Pertashop. Lagi-lagi di daerah Sragen. Saya sudah menunggu di depan modular beberapa saat namun tidak ada tanda-tanda keberadaan operator. Karena saya agak kesal, saya memencet tombol klakson untuk memanggil operator itu. Istri saya sempat melarang, tapi jempol saya lebih dekat dengan tombol itu sehingga tombol itu dapat saya pencet dengan mudah.
Setelah klakson saya bunyi, baru operator itu tergopoh-gopoh menuju modular untuk melayani saya, lagi-lagi dengan kondisi bertelanjang kaki. Ternyata, dia menongkrong di kantor yang ada di belakang modular, pantas kalau kedatangan saya tidak disadarinya karena tertutup dengan kubus dengan volume 3x3x3 yang kami sebut modular itu.
#4 Melayani dengan dengan terpaksa
Saya melihat beberapa operator Pertashop ini bekerja tidak sukarela. Entah memang sama dengan saya yang digaji seadanya karena keuntungan yang didapat pengelola cuma seadanya atau apa. Yang jelas, mereka seperti ada tekanan batin untuk tetap bekerja di sana.
Yang saya lihat dari keterpaksaan mereka–lagi-lagi berdasarkan dengan pengalaman pribadi saya–karena sudah terbiasa sepi, jadi kalau ada yang tiba-tiba beli padahal sedang nyantai, mereka merasa ada beban untuk meninggalkan hiburannya demi mengisi bensin orang yang tak dikenalnya.
Kalau kata Mas Immanuel mereka melayani dengan ramah tamah, mungkin mereka dapat gaji yang lebih besar daripada operator Pertashop pada umumnya. Atau, operatornya masih baru sehingga masih bisa berpura-pura bahagia.
#5 Mengetahui rahasia besar
Sebenarnya saya agak ragu untuk memberitahu masalah ini. Saya Takut kalau rahasia ini saya bongkar akan terjadi kegaduhan yang amat sangat luar biasa bagi para pelanggan Pertashop. Bahkan, semua SPBU Pertamina. Saya tahu sebuah rahasia yang kayaknya hanya diketahui oleh operator SPBU, yaitu sebuah tombol untuk membuat pas hitungan rupiah.
Kalau di mesin pompa BBM tempat saya bekerja, ada sebuah tombol yang punya dua fungsi. Fungsinya utama dari tombol ini adalah untuk mempercepat pengetikan kata "ribu", misal mau ngetik 15 ribu, yang saya pencet hanyalah angka 1, angka 5, dan tombol "000".
Namun, ternyata tombol ini dan tombol sebangsanya "00" punya fungsi lain untuk membuat pas hitungan rupiah saat tangki pelanggan kepenuhan atau sengaja membeli full tank. Tombol bertulis "000" untuk ke ribuan terdekat, sedangkan "00" untuk ke ratusan terdekat.
Nggak paham? Sini saya jelaskan. Misalnya kita ingin mengisi tangki BBM kita full tank, saat diisi, operator menghentikan pengisiannya pada hitungan Rp. 15.980. Pokoknya mendekati angka ribuan terdekat supaya nggak janggal-janggal amat untuk dibulatkan dan tidak kebablasan yang menyebabkan dirinya harus mengganti kerugian. 20 rupiah ini kalau misalnya ada 100 pembeli hitungan pada saat akhir sif nanti operatornya dapat surplus Rp. 2000, lumayan bisa untuk beli gorengan.
Nah, dengan memencet dua tombol ini, maka akan langsung dilakukan pembulatan oleh mesin, sehingga bensin yang dikeluarkan oleh mesin menjadi pas Rp. 16.000 tanpa pembulatan sama sekali. Menguntungkan bagi pelanggan karena mendapatkan jumlah bensin sesuai dengan yang mereka bayar, dan operator nggak perlu ganti rugi juga karena sama saja pelanggan yang mengisi full tank tadi diisi BBM pas seharga enam belas ribu rupiah.
Sungguh sebuah rahasia yang kalau nggak disebarkan bakal bikin operator SPBU dapat bisnis tambahan dari surplus bukan?
Gambar: Hanindito / Unsplash
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: Operator, Alasan, Pertamina, SPBU, Dosa, Lapak sepi, Pertashop,
0 Komentar