Opini, Copa Media-Sejak awal ide tentang pembayaran di tempat alias COD ini digagas dan diterapkan banyak mengundang madzorot. Mulai dari kurir yang kena semprot karena barang nggak sesuai, hingga yang terbaru bocil gasak harta ibunya dengan check out mainan seharga 2 juta rupiah. Salah siapa?
Viral di media sosial, seorang bocah cilik alias bocil merengek-rengek kepada ibundanya. Anak kecil itu meminta maaf setelah berhasil membuat orang tuanya syok dengan check out mainan seharga jutaan di online shop. Video yang saya dapat di akun Lambe Turah ini membuat gejolak tangan saya untuk menulis tentang sistem pembayaran COD yang meresahkan.
Kita bisa saja menyalahkan sang ibunda karena kurang perhatian dengan ponsel yang digunakan oleh anaknya. Tapi, apa pantas kita menyalahkan korban? Terlebih, saya tahu bahwa menjaga anak sambil mengurus urusan rumah bukanlah hal yang bisa dilakukan secara mudah. Jika aktivitas ibu saya sendiri yang banyaknya nggak terhitung di rumah, membuat opini saya menjadi lemah kalau hanya asal menuduh emaknya saja.
Momen yang tepat bagi saya untuk membahas topik ini. Kebetulan, istri saya baru saja check out tas di Shopee dan barangnya baru saja sampai. Dari pembelian tas yang istri saya lakukan melalui sistem pembayaran COD ini, saya dan istri saya jadi bisa mendiskusikan kenapa kasus bocil ini bisa terjadi. Ini hasil diskusi kami.
#1 Nggak bisa dibatalin
Ada tenggat waktu untuk barang bisa dibatalkan jika sudah terlanjur di-checkout. Jika dalam waktu tersebut pemesanan barang tidak kunjung dibatalkan, maka aplikasi tidak mengizinkan untuk membatalkan pesanan. Sebenarnya ini masuk akal. Ibaratnya, kalau barang sudah dipesan beberapa saat dan tidak dibatalkan, berarti pembeli sudah amat sangat yakin butuh barang itu dan ingin segera dipaking serta dikirim dengan tempo sesingkat-singkatnya.
Dalam kasus viral ini, diperlihatkan layar kaca pengiriman Shopee yang tombol dibatalkannya tidak bisa dipencet. Ini menandakan bahwa bocil itu sudah melakukan check out beberapa saat sebelum akhirnya ketahuan oleh kedua orang tuanya. Kayaknya bisa sih diproses kalau mau melapor ke Shopee. Tapi kalau barangnya sudah masuk ke ekspedisi, ya bakal bikin ribet bin ruwet bin mumet.
#2 Nggak disuruh memasukkan PIN
Kalau yang pertama tadi adalah kesalahan aplikasi yang menurut saya masuk akal, kali ini saya duduhkan kesalahan yang perlu diperbaiki oleh pengelola aplikasi online shop. Entah hanya Shopee atau yang lainnya juga. Kesalahan terbesar Shopee adalah tidak meminta pengguna untuk input PIN saat proses finalisasi transaksi menggunakan sistem pembayaran COD.
Kata istri saya yang sering memakai Shopee, kalau transaksi yang dibayar menggunakan Shopeepay masih harus menginput PIN untuk menjamin bahwa yang melakukan check out adalah benar-benar pemilik dari akun jual beli online tersebut. Apalagi jika memilih pembayaran dengan virtual account bank, sudah pasti memasukkan PIN adalah sebuah kewajiban. Berbeda dengan tas yang dibelinya secara COD ini, katanya dia sama sekali tidak dimintai PIN. Alurnya hanya check out, diterima penjual, dipaking, dikirim, dan sekarang sudah sampai di tujuan. Itu saja.
Tentu saja ini menjadi janggal dan menjadi kekurangan yang harus segera tersampaikan kepada pihak pengelola. Karena jika tidak segera diatasi, akan banyak kasus-kasus serupa akan terjadi. Kali ini pelakunya adalah anak, mau tidak mau ya harus dimaafkan karena masih dalam satu keluarga. Bagaimana kalau pelakunya adalah teman yang sok asik dengan usaha prank-nya agar kita menjadi syok? Apalagi kalau sudah pakai dendam kesumat, lebih parah lagi dampaknya.
#3 Nggak ada fitur foto pembeli
Penting nggak penting sih untuk memasang fitur ini sebagai syarat persetujuan transaksi. Tapi di kasus ini bisa dianggap sangat penting. Kalau calon pembeli disuruh untuk melakukan foto diri, kejadian anak bajak shopee orang tua ini tidak akan terjadi. Paling tidak kalau terdeteksi melalui foto bahwa pembelinya adalah anak dibawah umur, Shopee secara otomatis akan memberikan pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh penggunanya yang asli.
Tapi kalau bisa fotonya jangan dikirim ke penjual, melainkan hanya menjadi deteksi sistem saja. Saya khawatir kalau sampai foto pembeli dikirim ke penjual, mengingat banyaknya penyalahgunaan data pribadi di negeri ini. Namun, kalau dipikir-pikir, coding fitur ini kayaknya lebih sulit untuk diterapkan daripada memasang PIN. Kayaknya sih.
Gambar: romeosessions / Pixabay
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: Kurir,nJutaan rupiah, COD, Mainan, Paket, Anak bajak hp orang tua,
0 Komentar