Di tengah canda tawa mengenai sesosok hewan bermuka songong, kapibara, tiba-tiba didaftarkan dalam sebuah petisi online untuk diganti namanya menjadi masbro. Lucu, tapi apa perlu?
Opini, Copa Media–Sosial media memang selalu mengejutkan dengan kabar-kabar aneh bin nyeleneh yang disebarkan di sana. Di tengah gempuran arus deras informasi yang yang datang dari seluruh penjuru arah, ada sebuah kabar yang lucu untuk dinikmati. Namun saat direnungi, membuat berpikir sekali lagi, "Apa perlu candaan ini dibuat serius?"
Ya, kabar yang saya maksud adalah sebuah petisi untuk mengubah nama hewan kapibara menjadi "masbro", sebuah kata ledekan yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat. Nggak bermaksud rasis ya, tapi mukanya yang terlihat songong dan seolah-olah berkata, "Sehat, Mas Bro?" membuatnya rawan di-bully, sekalipun bully-an yang dia dapatkan sangat epik. Yakni, masuk ke sebuah web sebagai petisi daring yang mengundang orang-orang yang setuju untuk turut menandatanganinya.
Mengenal hewan kapibara
Kapibara (Hydrochoerus Hydrochaeris) merupakan hewan pengerat terbesar di dunia yang masih ada dan belum punah hingga sekarang. Kalau nggak tahu hewan pengerat itu apa, bayangkan saja seekor tikus. Kalau sudah tau tikus, coba bayangkan tikus itu makan banyak sehingga badannya membesar berkali-kali lipat. Nah, seperti itulah gambaran hewan ini. Kalau masih belum puas dengan proyeksi pikiranmu, buka Google Image saja, ribet amat!
Hewan ini berhabitat asli di daerah tropis dan lembab di benua Amerika Selatan. Banyak ditemui di daerah Timur Andes, tepatnya sepanjang wilayah yang terbentang dari Kanal Panama hingga bagian utara Kolombia dan Venezuela, Uruguay, dan Provinsi Buenos Aires di Argentina. Biasanya kapibara mendiami sabana dan hutan lebat yang lokasinya dekat dengan perairan.
Spesies ini memiliki sifat sosial yang tinggi. Dalam satu gerombolan, hewan ini dapat berkelompok hingga 100 ekor. Namun, lazimnya hidup dengan sebuah kelompok yang terdiri dari 10 hingga 20 individu.
Sebagai hewan yang nggak rawan punah, biasanya hewan ini diburu untuk diambil bagian tubuhnya. Daging, kulit, hingga minyak yang diambil dari kulitnya yang tebal dan berlemak, semuanya bisa dimanfaatkan.
Berawal dari meme
Meme, sebuah komedi yang dianggap budaya. Umumnya, bercandaan meme berbentuk karya visual, baik itu gambar yang disertai dengan tulisan maupun video-video random yang gabung dengan potongan klip lain yang menambah kelucuannya.
Meme yang paling populer dari spesies kapibara muncul dari sebuah foto yang menampilkan binatang ini dengan santainya menaiki punggung seekor buaya tanpa sedikitpun rasa takut. Kesantaiannya ini dianggap sebagian orang sebagai hewan yang hobi nongkrong karena bisa bergaul dengan siapapun, termasuk seekor buaya yang keganasannya nggak bisa dikompromi kalau dianggap sebagai teman tongkrongan.
Mimik wajahnya yang dibilang wajah anak tongkrongan banget itu juga turut memberi sumbangsih terhadap penamaan "masbro" yang diambil dari bahasa tongkrongan, "Mas Bro!"
Diangkat dalam sebuah petisi
Masuklah kita dalam pembahasan yang sebenarnya ingin saya bahas. Saat sedang mencari ide tulisan di Twitter, tiba-tiba seseorang bertanya kepada guru Bahasa Indonesia warga Twitter, siapa lagi kalau bukan Ivan Lanin.
Sebagai sosok yang bisa dianggap sebagai pakar, seseorang menandainya dalam sebuah cuitan yang berisi tangkapan layar pada sebuah platform petisi daring. Kalau penasaran juga, bisa kamu cek di sini.
Petisi ini dibuat dan diprakarsai oleh seseorang bernama Intan Bramasta. Melalui petisi yang dibuatnya, dirinya meminta dukungan netizen untuk mengganti nama hewan kapibara menjadi masbro di KBBI.
Saat saya sedang menulis sekarang, petisi ini sudah ditandatangani oleh hampir seribu pengguna platform ini. Banyak kan?
Namun saya yakin, dari hampir seribu orang itu, pasti nggak ada yang berniat secara serius untuk mengganti nama hewan ini di KBBI. Hanya ikut tren yang menurut mereka lucu saja.
Minim urgensi untuk sebuah petisi
Untuk lucu-lucuan oke lah. Namun untuk sebuah diangkat sebagai petisi, menurut saya terlalu norak dan menyalahi fungsi dari petisi itu sendiri. Petisi biasanya diisi dengan serius untuk menggaet dukungan terhadap isu-isu yang penting untuk disuarakan. Biasanya yang menyangkut kepastian hukum atau meminta pertanggungjawaban atas sebuah kejadian yang ramai diperbincangkan.
Meskipun di Indonesia petisi tidak memiliki kekuatan hukum, apalagi jika fungsinya dimaksudkan untuk mengganti sebuah tatanan bahasa, namun petisi bisa menjadi data akurat atas jumlah orang yang setuju atas sebuah opini. Ibaratnya, kalau ada tweet di Twitter yang relate di benak saya, maka tweet itu akan di-retweet sebagai tanda persetujuan saya terhadap opini pada tweet tersebut.
Menurut saya, penggantian nama itu terkesan norak dan minim urgensi. Kalau sampai dikabulkan, bisa-bisa warganet meminta kata-kata lain yang sedang ramai dibicarakan. Hancur sudah tatanan Bahasa Indonesia jika semuanya ingin menyumbang peran untuk mengganti kata-kata yang terdaftar di KBBI.
Gambar: Elsemargriet / Pixabay
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: Masbro, opini, Kapibara, Petisi daring, Petisi, Twitter, KBBI,
0 Komentar