Tweet Sarkas Dihujat: Nggak Semua Penghuni Twitter Asik

Opini, Copa Media–Banyak sekali orang-orang yang menggunakan aplikasi "burung biru" alias Twitter sebagai tempat untuk menyambat tentang apapun. Ada yang melalui akun pribadi biasanya dilakukan kalau punya pengikut banyak atau cukup pede untuk bertanggung jawab atas sambatan itu.


Ada juga yang berkeluh melalui akun confession atau biasa disingkat fess. Yaitu sebuah akun yang memungkinkan para follower-nya untuk mengirimkan pesan melalui fitur Dirrect Message (DM). Biasanya identitas penyambat akan disembunyikan, sehingga bisa lebih aman, nyaman, tentram, dan sejahtera hidupnya.


Jika dilihat dari jenis sambatannya, beberapa orang memilih cara mainstream. Yakni menggunakan bahasa yang lugas tanpa "ba bi bu" dalam mengkonversikan keluhannya menjadi kata-kata yang diketiknya di media sosial. Selain sambatan, si pengeluh kesah akan menandai orang-orang yang dirasa bertanggung jawab atas keresahannya itu.


Memang cara penyampaian yang biasa saja ini ada kemungkinan untuk dibaca oleh orang atau pihak yang dituju. Namun, kalau ramai cuitannya baru mereka mau balas, entah karena mungkin pesan itu memang baru tersampaikan kalau ramai, atau sesimpel karena malu. Tapi, kalau cuitannya kurang ramai, keluh kesah itu tetaplah menjadi sambatan yang nggak sesuai dengan tujuan ditulisnya, alias tulisan sia-sia dan nggak ada yang baca.


Seminggu yang lalu, sebuah tweet yang bergaya penyampaian tidak biasa muncul di beranda Twitter saya. Tweet dari seorang warga Twitter yang mengeluhkan Jalan Godean di Sleman, DIY yang tak kunjung diperbaiki. Awalnya, tweet ini prakarsai oleh akun Merapi Uncover, sebuah akun yang kesehariannya mengunggah hal-hal menarik, viral, informasi, pokoknya apapun seputar Yogyakarta dan sekitarnya.


Akun ini mengunggah sebuah video yang berisikan kondisi mengenaskan dari Jalan Godean Km 7,5 hingga Km 17,5 yang menjalar dari Gesikan hingga Sembuhan. "Semoga diteruskan kepada pihak yang berwenang," tulis akun tersebut yang dikutip dari pengunggah awal video tersebut.


Cuitan berisi video ini lantas mendapatkan atensi dari orang-orang yang merasa relate dengan keluhan itu. Salah satunya akun @WisnuArdiant yang menambah kata-kata sambatan di kolom balasan. Sambil menandai akun resmi kominfo dan humas DIY, beliau menambahkan bahwa warga sekitar tidak menuntut untuk dilebarkan, cukup dihaluskan saja. 


Menurutnya, beliau sadar kalau daerah tersebut memang bukan daerah strategis yang bisa dijadikan tempat wisata. Namun, bukankah itu masih termasuk wilayah pemerintahan mereka? Jalan berlubang tidak hanya jadi petaka bagi orang luar yang berwisata saja, tapi semua orang yang melewatinya tanpa sadar dengan kecepatan berapapun. Asal apes, semua bisa terkena jebakan.


Balasan itu masih berupa sambatan mainstream, karena menggunakan bahasa lugas yang pasti dipahami oleh pihak-pihak berwenang maupun warganet yang budiman. Selang tiga jam dari balasan tersebut tak ada respon yang memuaskan dari pihak berwenang, akun twitter itu mulai memikirkan ide gila. "Kalau Pak Gubernur nggak punya akun Twitter, bagaimana kalau menandai Mas Gibran saja?" Cuitnya.


Benar saja, akun Twitter lain, @Agarynt membalas tweet tersebut dengan menandai anak presiden yang sekarang memegang kekuasaan salah satu kota di provinsi seberang. "Tolong Jalan Godean diaspal alus mas," cuit akun itu sambil menyapa dan menandai akun pribadi Gibran Rakabuming Raka.



Sontak, Gibran membalas tweet itu dengan kalimat tanya, "Maaf Pak, Godean itu mana ya?" Cuitan balasan Gibran ini mengundang orang-orang yang mengikutinya untuk melakukan sidak kepada akun yang membantu menyampaikan keluhan terhadap Jalan Godean dalam bentuk sarkasme.


Hujatan demi hujatan diterimanya. Bahkan, untaian kata kotor alias misuh turut dilontarkan kepadanya. Menurut mereka–si warga Twitter yang nggak asik itu–akun Twitter ini salah dalam menyampaikan sambatan-nya. Bagi mereka, kalau mau mengeluhkan daerahnya ya ke orang-orang yang berkuasa di tanahnya saja, kenapa harus bawa-bawa nama Gibran yang nggak punya kekuatan di daerah itu? Padahal, mereka nggak paham maksud dan tujuan tweet itu karena tidak membaca utas runtut dari awal.


Menurut saya, gaya penyampaian mas-mas di Twitter yang sarkastik ini sangat cerdas karena bisa mengundang banyak respons dari publik. Meskipun yang datang justru sosok-sosok nggak asik yang nggak ngerti aliran sarkasme dan hanya bisa asal misuh kepada siapapun yang nggak sependapat kepadanya. Alih-alih terlihat lebih pintar, mereka justru semakin terlihat seperti yang mereka tuduhkan ke mas-mas cerdas ini. Kalau mau ikut ngakak bersama, bisa dicek di sini.


Gambar: Alexa / Pixabay

Penulis : Muhammad Arif Prayoga 


Tags: Jalan Godean, DIY, Sarkastik, Gibran Rakabuming Raka, Twitter, Sarkasme, Sarcasm, Sleman,

Posting Komentar

0 Komentar