Semua orang mengidam untuk meminang sebuah sepeda motor matik yang gagah dan elegan sebagai kendaraannya. Memang bagi sebagian orang anggapan itu benar, namun anggapan itu nggak berlaku bagi saya.
Artikel ini pernah dikirim dan ditayangkan di Terminal Mojok dan telah memenuhi persyaratan untuk diunggah di media lain atas persetujuan penulis dalam waktu sekurang-kurangnya 7 hari setelah penayangan di Terminal Mojok.
Otomotif, Copa Media–Impian itu bisa menyasar ke masyarakat dari semua kalangan. Baik itu masyarakat kelas bawah yang hanya bisa berangan-angan, masyarakat menengah yang perlu waktu untuk menabung, atau masyarakat atas yang bisa membeli secara tunai. Semuanya ingin punya motor bongsor itu, katanya.
Menurut saya, keinginan masyarakat ini merupakan imbas dari tren motor gede alias moge, seperti Harley yang hanya bisa dirasakan oleh kalangan atas. Harganya yang mahal membuat turing yang dilakukan oleh komunitas yang berisi para pemilik moge itu biasanya dikawal polisi saat melintas di jalan raya.
Nggak bisa dipungkiri bahwa hanya dengan menaikinya, apalagi memilikinya, sudah pasti status sosial akan meningkat secara derastis. Tren ini kemudian dimanfaatkan oleh produsen motor ternama seperti Honda dan Yamaha. Mereka memproduksi motor bongsor dibawah harga Harley yang bisa dijangkau oleh dompet kalangan menengah dengan menabung beberapa tahun, atau kredit.
Sisi baiknya, kepemilikan sepeda motor ala moge sudah dipermudah dengan produksi motor berbadan bongsor seperti PCX, Nmax, Aerox, dan ADV. Namun, di benak saya sendiri, atau mungkin beberapa orang juga, saya sama sekali nggak ada niatan untuk menabung maupun kredit motor-motor ini. Ada beberapa alasan mengapa saya nggak mengidamkan jenis motor ini, apa saja itu?
Bodinya terlalu bongsor
Rumah saya hanya terdiri dari dua ruangan kecil dan satu kamar mandi. Membayangkan motor ini masuk ke rumah saya saja, kayaknya luas pintu rumah saya nggak mampu dilewatinya. Nah, kalau saya ingin membeli motor-motor ini, mau saya parkirkan di mana?
Dimensinya yang lebih besar dibandingkan motor-motor pada umumnya membuat jenis motor ini memerlukan ruang banyak untuk memarkirkannya di dalam rumah. Terlebih, di zaman globalisasi pencurian motor, alias curanmor ini, sangat nggak aman untuk menempatkan sepeda motor di teras rumah dan ditinggal istirahat semalaman.
Terlalu lebay untuk digunakan sehari-hari
Menurut pandangan saya pribadi, motor-motor berbadan bongsor ini nggak cocok untuk digunakan sebagai kendaraan sehari-hari. Ada rasa aneh dan pikiran, "Kok bisa ya?" kalau motor-motor ini digunakan untuk ke pasar, mencari rumput, apalagi untuk pergi ke sawah. Menurut saya, motor ini hanya cocok jika digunakan untuk perjalanan jauh maupun turing.
Di sekitar rumah saya, sering berlalu lalang seorang pengemudi ojek online (ojol) yang dalam kesehariannya menarik orderan menggunakan Nmax. Ya, nggak papa sih, motor-motor dia, namun saya ada rasa kurang sreg saja kalau motor itu digunakan untuk ngojek. Saya melihatnya malah seperti terkesan untuk menindas mental penumpang yang nggak ada motor untuk ditunggangi. Sebab itulah dirinya menggunakan jasa ojol bukan?
Menimbulkan rasa nggak sopan
Di SPBU swasta Shell, nggak tahu yang lainnya juga atau nggak, para pengendara sepeda motor disuruh turun dari kendaraannya ketika hendak mengisi bensin. Persyaratan itu ditujukan untuk urusan keamanan. Kalau sampai amit-amit jabang bayi terjadi kebakaran, maka paling nggak pengemudinya bisa kabur sejauh mungkin.
Nah, di SPBU Negeri, alias yang menampilkan logo Pertamina di papan harganya, aturan ini nggak ada. Pemilik sepeda motor yang tangkinya nggak perlu membuka jok nggak dilarang untuk mengisi sambil menunggangi kendaraannya. Mau menungganginya sambil hand-stand pun nggak papa, yang penting membayar setelah diisi.
Sebagai salah seorang operator SPBU, saya sebenarnya agak merasa aneh untuk mengisi Nmax dan kawan-kawan kalau kendaraannya masih ditunggangi. Bukan apa-apa, melakukan pengisian BBM di himpitan selangkangan itu sangat menimbulkan rasa sungkan. Terlebih kalau pengemudinya perempuan. Apa salahnya sih turun sebentar untuk pengisian?
Menurut saya, sepeda motor bongsor ini menafikan kesopanan yang seharusnya membudaya di setiap manusia. Dalam konteks pengisian BBM tadi, saya agak bingung siapa yang berlaku nggak sopan. Mau bilang saya sebagai operator yang nggak sopan karena mengisi di himpitan selangkangan, tapi kok ya memang sudah menjadi tuntutan pekerjaan.
Mau bilang pengemudinya yang nggak sopan karena nggak mau turun dari sepeda motor, tapi kok posisi tangki motornya membuat pengemudi nggak punya urgensi yang kuat untuk sekadar turun sebentar selama pengisian. Serba salah.
Tutup tangkinya sering menyangkut
Ini nih, sebuah keluhan yang dirasakan oleh hampir semua pengguna motor berbadan bongsor ini. Terutama Nmax, entah kenapa tutup tangkinya sering menyangkut ketika hendak dibuka. Sebagai operator SPBU, saya selalu meminjamkan uang koin seribuan untuk membantu mereka membuka tutup tangki.
Nggak hanya tutup tangki yang dibuka menggunakan tombol "fuel" saja yang bermasalah. Tutup tangki yang dibuka menggunakan kunci pun terkadang susah juga untuk dibuka. Ada yang perlu diputar-putar baru bisa terbuka. Bahkan, beberapa ada yang kuncinya sampai patah karena dipaksa untuk membuka tutup tangki BBM.
Tentu susahnya membuka tutup tangki ini membuat saya semakin nggak punya minat untuk memikirkan untuk meminang apalagi langsung membeli Nmax dan beberapa kawanannya itu. Masalah tutup tangki ini adalah masalah serius dan krusial yang harus segera dibenahi oleh pihak produsen.
Harganya yang bagi saya masih terlalu tinggi
Memang kalau dibandingkan dengan moge yang sebenar-benarnya moge seperti Harley, harganya sangat jauh lebih rendah. Namun, bagi kalangan kelas bawah seperti saya yang gajinya ngepres untuk kebutuhan sehari-hari, rasanya belum ada urgensi untuk sekadar mengidamkan, memikirkan untuk memiliki, apalagi beneran membeli motor bongsor ini.
Memang, ada harga ada kualitas. Namun, dengan gaji di bawah UMR, saya lebih baik memikirkan sepeda motor lain yang lebih bisa dijangkau untuk membeli. Kualitas memang nomor satu bagi penghobi maupun orang-orang yang paham ilmu otomotif. Namun bagi saya yang nggak paham-paham amat istilah-istilah yang digunakan untuk menyebut perentelan di sepeda motor, harga adalah nomor satu. Toh, sepeda motor yang murah masih bisa dikendarai dengan nyaman kok.
BACA JUGA: 5 Dosa Peneduh di Lapak Saya saat Hujan Lebat Tiba
Gambar: RAFAEL DA SANTOS / Pixabay
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: Alasan, ADV, Nmax, PCX, Aerox, Nggak mengidamkan,
0 Komentar