Copa-Media—Memilih untuk mempunyai sepeda motor memiliki konsekuensi untuk membayar pajak tahunan dan lima tahunan. Untuk pajak tahunan bisa dilakukan di Samsat langsung maupun mobil-mobil layanan yang disediakan oleh Samsat di beberapa tempat, sedangkan untuk pajak lima tahunan harus dilakukan di Samsat yang biasanya ada di pusat kabupaten atau kota.
Pajak tahunan ditujukan untuk memperpanjang surat yang panjang sekali namanya, Surat Ketetapan Kewajiban Pembayaran PKB / BBN-KB, SWDKLLJ dan PNBP. Pokoknya surat tersebut menjadi bukti pembayaran pajak-pajak yang menyertai kepemilikan sepeda motor. Sedangkan pajak lima tahunan untuk memperbarui STNK dan plat nomor kendaraan.
Semenjak membeli lunas lantas memakai Honda Beat kesayangan saya lima tahun lalu hingga sekarang, saya belum pernah datang langsung ke Samsat. Nah, beberapa waktu lalu saya mengurus pajak lima tahunan untuk sepeda motor kesayangan saya itu di Samsat Karanganyar. Saya datang sendiri, tanpa ditemani seseorang yang sudah berpengalaman dalam kegiatan ini.
Empat tahun sebelumnya saya nggak ada alasan untuk mendatangi Samsat, karena di pasar desa dekat kantor kelurahan tempat saya tinggal, ada mobil Samsat yang siaga di sana seminggu sekali. Namun, tahun ini agak berbeda karena yang saya harus penuhi adalah pajak lima tahunan.
Sesampainya di lokasi, awalnya saya sempat bingung, namun, akhirnya saya tetap bisa mendapatkan STNK dan plat nomor baru. Izinkan saya untuk menjelaskan tips-tips mengurus pajak lima tahunan di Samsat agar kalian yang belum pernah sama sekali menjadi mudeng dan nggak bingung.
Pahami betul alurnya
Sebelum mendatangi Samsat, sebenarnya saya sudah browsing alur kegiatan yang akan saya jalani dan urutan tempat yang harus saya datangi sesampainya di sana. Namun, apa yang saya baca di media mengenai tata cara melakukan pajak lima tahunan di Samsat itu terasa sangat berbeda.
Sesampainya di lokasi, saya langsung menginjakkan kaki ke gedung utama Samsat, namun dicegat oleh satpam yang berjaga. Saat saya bilang hendak pajak lima tahunan, satpam itu pun nggak membolehkan saya masuk dan menyuruh saya ke ruang cek fisik terlebih dahulu. Saya kira ruang cek fisiknya di gedung utama, ternyata di luar.
Setelah mendatangi ruang cek fisik dan mengantre untuk mengambil berkas cek fisik lantas dilakukan cek fisik oleh petugas di sana, saya kembali masuk ke gedung utama dengan sombongnya. Satpam yang berjaga di pintu gedung utama itu meminta berkas saya lalu kembali menyuruh saya untuk ke ruang cek fisik.
Tentu saya sangat bingung saat itu. Karena saya merasa satpam itu lupa bahwa tadi sudah mencegat saya tadi, saya bilang bahwa sepeda motor saya sudah dilakukan cek fisik, satpam tersebut membentak saya bahwa berkas cek fisik saya itu belum disahkan oleh petugas di ruang cek fisik.
Dengan sedikit gemetaran atas bentakan satpam, saya pun buru-buru ke ruang cek fisik yang ternyata antrenya sudah sepanjang jalan kenangan. Ah, andai saya sudah paham alurnya, nggak bakalan ada di antrean paling belakang seperti saat itu.
Persiapkan berkas dari rumah
Kata media yang saya baca, saya dianjurkan untuk menyiapkan fotokopi berkas dari rumah. Katanya, hal tersebut dimaksudkan agar mempercepat proses pembayaran pajak lima tahunan di sana nanti. Saya pun melakukan anjuran itu, namun nggak di rumah, melainkan di fotokopian yang saya temui di pinggir jalan.
Untuk mendapatkan formulir cek fisik diperlukan fotokopi berkas-berkas seperti KTP, BPKB, STNK, serta surat yang namanya panjang sekali tadi. Sebenarnya pihak Samsat sudah menyediakan tempat fotokopi di samping ruang cek fisik. Namun, karena saya yakin yang membuat tulisan di media itu sudah paham dengan apa yang terjadi di sana, sehingga saya pun menuruti apa yang ditulisnya.
Benar saja apa yang dikatakan media yang saya baca itu, antrean fotokopi yang disediakan oleh Samsat sangatlah banyak dan nggak beraturan. Hal ini tentu akan membuat saya mendapatkan antrean pengambilan berkas cek fisik lebih belakang lagi kalau nggak menyiapkan berkas dari rumah, karena harus antre fotokopi terlebih dahulu. Beruntung saya sudah mengindahkan anjuran tadi.
Menunggu pendaftaran cek fisik di dekat loket
Akibat datang kepagian, ruang cek fisik masih tutup, belum ada petugas yang datang dan stand by di sana. Beberapa orang yang datang lebih awal sebenarnya sudah membentuk antrean yang menjalar ke belakang. Namun, beberapa orang yang datang lebih akhir malah mengumpul di depan loket. Nggak tahu kenapa, mungkin karena ada bangku di sana.
Saat dua petugas datang dan membuka loket, seharusnya, orang yang mengantre duluan dilayani lebih dulu. Tapi, pada kenyataannya yang terjadi bukan demikian. Kerumunan yang mengumpul di depan loket itu menyerobot antrean yang sebenarnya sudah ada sejak sebelum kedatangan mereka. Hal ini tentu menyulut keributan yang dimenangkan oleh penyerobot.
Memilih parkir paling dekat dengan gedung
Saya datang lumayan pagi, lahan parkir yang disediakan oleh Samsat masih banyak yang kosong. Namun, karena saya buru-buru masuk ke gedung utama, saya memarkirkan sepeda motor saya sesegera mungkin tanpa mempertimbangkan apapun. Sepeda motor saya pun terparkir dekat gerbang masuk, sangat jauh dari gedung utama.
Namun, setelah antrean pengambilan berkas cek fisik berjalan, yang saya baru tahu, ternyata giliran pengecekan fisik kendaraan itu nggak sesuai dengan antrean pengambilan berkas. Siapa yang teriak memanggil petugas duluan, dan siapa yang kendaraannya paling dekat dengan gedung lah yang menjadi pemenangnya.
Saya yang memarkirkan sepeda motor di dekat gerbang menunggu cukup lama dibuatnya. Beruntung, ada anggota TNI yang memarkirkan sepeda motornya di sebelah Honda Beat kesayangan saya. Tentu saya menjadi terbantu karena anggota TNI tersebut memanggil petugas untuk datang.
Jangan datang kepagian
Kayaknya anjuran untuk datang lebih pagi selalu ada kalau berhubungan dengan pelayanan masyarakat, apalagi kalau urusannya sama pemerintah. Logika bahwa datang lebih awal akan pulang lebih awal memang sedikit masuk akal. Saya pun mengindahkan anjuran ini, namun, setelah saya lakukan, justru saya ingin menyarankan untuk jangan datang kepagian.
Anjuran datang lebih pagi membuat masyarakat yang ingin mengurus pajak lima tahunan menumpuk padat di depan ruang cek fisik yang di sampingnya ada jasa fotokopi saat pagi hari. Nggak tahu hanya Karanganyar atau yang lain juga, dua tempat ini ditaruh di lorong sempit, sehingga suasana mengantre menjadi pengap dan sesak dibuatnya. Untuk yang mengidap sakit asma, harap hati-hati.
Saat saya sudah menyelesaikan keperluan saya di gedung Samsat dan hendak pulang, saya lihat lorong tadi sudah mulai sepi dan teratur. Nggak seperti di awal tadi. Jadi, saya menyarankan untuk yang belum pernah melakukan pajak lima tahunan di Samsat, sebaiknya datang jangan terlalu pagi, namun jangan terlalu siang juga.
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Gambar: Jon Tyson / Unsplash
Tags: tips dan trik, Pelaporan pajak, STNK, Plat nomor, Samsat, Kendaraan,
0 Komentar