Siapa yang nggak kenal dengan Deddy Corbuzier? Seorang berbadan kekar yang dahulu kala mendedikasikan hidupnya sebagai pesulap bergenre mentalis. Saya kira, nggak ada yang nggak tahu aksi fenomenalnya membengkokkan sendok di layar kaca pada masa itu.
Gambar: Karolina Grabowska / Pexels
Kini, dirinya tetap di dunia seni, meskipun berada di media dan aliran seni yang berbeda. Sebelum acaranya di TV bungkus, Deddy beberapa kali mengisi kanal YouTubenya dengan beberapa konten. Puncak kejayaannya menjulang ketika konten Podcastnya, Close The Door mulai populer.
Tonggak pengisi acara pada program di YouTube pribadinya itu sudah diestafetkan kepada Teguh Prasetyo, alias Praz Teguh. Namun, Deddy tetap mengisi Podcast lain di studio yang nampak lebih megah, luas, dan perbincangan yang lebih serius juga berbobot.
Dekat dengan penggawa YouTube hingga Komika
Saya sudah mengikuti saluran YouTube pribadi Deddy sejak lama. Dalam perjalanan kiprahnya di YouTube, dia acap kali kelihatan akrab dengan kalangan. Mulai dari konten kreator YouTube, alias YouTubers. Bahkan, dirinya sempat menerbitkan buku yang membahas mengenai algoritma sosial media satu ini dan disebut sebagai Bapak YouTube.
Akhir-akhir ini, saya melihat Deddy dalam kontennya cukup dekat dengan para Stand-Up Comedian, atau yang biasa disebut dengan Komika. Kedekatan itu sempat terlihat saat sering berada di layar yang sama dalam suatu konten. Baik di salurannya dalam sebuah Podcast, maupun saluran lain.
Hadirnya konten Somasi
Per 21 November 2021 lalu, kedekatannya dengan Komika semakin terlihat saat mengunggah sebuah konten Stand-Up Comedy bertajuk "Somasi" untuk pertama kali. Tajuk ini dinamakan demikian sebab Komika yang diundang dan berani datang harus membawakan tema tepi jurang yang berkemungkinan mendapatkan somasi.
Komika yang pertama datang adalah Marshel Widianto. Jujur, semenjak episode pertama Somasi itu tayang, saya sudah jatuh hati dengan konsep yang dibawakan. Hal itu membuat saya selalu menantikan episode-episode selanjutnya, siapapun Komika yang akan tampil.
Kegemaran saya terhadap sosok dan konten Podcastnya Deddy Corbuzier, ditambah dengan kesukaan saya dalam mendengarkan seni Stand-Up Comedy disatukan dalam satu konten ini. Terlebih, tema yang dibawakan adalah tepi jurang, sangat cocok di telinga saya yang kala itu juga menggemari konten Majelis Lucu Indonesia (MLI).
Nggak hanya Komika saja yang tampil di program ini. Ada juga pelawak-pelawak senior yang turut memeriahkan. Seperti misalnya Komeng, Abdel, dan Jaja Mihardja. Meskipun jurang yang diarungi nggak sedalam para Komika, namun komedi yang mereka bawakan nggak kalah menarik untuk dinikmati kok.
Konten bagus, malah bungkus
Sayangnya konten menarik ini sudah nggak diperbaharui lagi, alias sudah bungkus dari saluran YouTube Deddy Corbuzier. Sekitar sebulan pasca dirinya diangkat menjadi bagian dari TNI AD berpangkat Letnan Kolonel Tituler, Deddy mengunggah episode terakhir dari program ini.
Deddy berjanji akan memberikan konten yang lebih menarik dari Somasi. Awalnya saya optimis dengan janji ini. Saat itu, saya nggak ragu kalau konten yang dijanjikan itu juga bakal membuat saya nggak sabar menantikan episode demi episodenya. Nggak mungkin, dong, kreativitas seorang Deddy Corbuzier hanya mentok di konten senikmat Somasi saja, pikir saya. Ya, kan?
Datanglah Ormas sebagai pengganti Somasi
Hingga tiba saatnya konten yang dijanjikan itu tayang episode perdana di YouTube Deddy Corbuzier. Tepatnya pada tanggal 19 Februari 2023, konten baru berjudul Ormas mulai mengudara. Saya penuh ekspektasi menonton episode pertama itu. Namun, bukanya terpuaskan dengan isinya, saya malah terheran dibuatnya. Pikiran saya mulai merajuk, "Ini kah konten yang dijanjikan itu?"
Tema dari konten ini adalah perdebatan mengenai sebuah kasus yang sedang hangat-hangatnya terjadi. Sederhana sebenarnya konsepnya, empat orang yang datang dibagi menjadi dua tim, pro dan kontra. Kesan awal saya, konten ini akan seperti lomba berdebat karena memang ada kemiripan di dalamnya. Sama-sama terbagi menjadi dua tim, dan sama-sama membahas tema yang bisa diperdebatkan.
Hal yang membuat Ormas menjadi sampah
Kedekatan Deddy dengan Komika membuat bintang tamu yang hadir kebanyakan, ya, dari Komika. Urusan Stand-Up Comedy mungkin mereka jago, namun untuk berdebat mengenai tema hangat, ada hal yang saya rasa sangat kurang. Sekalipun tema yang dibahas berada di tepi jurang, bahkan masuk ke dalam jurang.
Perbincangan yang terjadi antara empat Komika ini nggak ada isinya, alias sampah. Bukan perbedaan epik yang saya tonton, melainkan hanya saling mencemooh antara tim satu dengan tim satunya. Topiknya sering melebar ke mana-mana, membuat tema yang dikonsep di awal menjadi nggak jelas alurnya.
Hal yang menambah kekesalan saya, kalau salah seorang yang berada di satu tim nggak bisa mengimbangi lawannya, dia mengambil kursinya dan berpindah ke tim lawan. Memang niatnya melawak, karena mereka sejatinya adalah pelawak. Namun, saya merasa kurang cocok saja dengan komedi yang dibawakan di konten ini. Sudah seperti perdebatan anak SD saja saya rasa.
Masalah dalam kesiapan sebuah komedi
Sepertinya saya tahu masalah yang ada di konten ini. Hanya pemikiran saya saja sih sebenarnya, soalnya memang saya bukan dan nggak pernah menjadi Komika seperti mereka. Masalah ini yang menjadi penyebab ketidakcocokan para Komika dengan konsep yang dibawakan oleh Deddy Corbuzier dalam konten Ormasnya ini.
Kebiasaan yang saya tahu, Komika nggak serta merta bisa melucu begitu saja di depan penonton mereka. Sebelum lelucon itu dibawakan dengan cara berdiri di depan mikrofon, mereka menulis terlebih dahulu komedi yang akan dia bawakan. Setelah menulis pun ada tahap-tahap yang nggak wajib tapi penting untuk dilakukan, seperti Comedy Buddy (Combud) dan Open Mic.
Nah, konsep yang dimasukkan ke dalam konten Ormas ini adalah kejutan. Panelis yang datang dan terbagi menjadi dua tim ini nggak tahu tema apa yang akan diperdebatkan. Mereka baru tahu setelah Deddy Corbuzier membuka kain penutup tablet bertuliskan tema yang ditentukan. Nggak tahu ya beneran terkejut apa hanya gimmick, semoga saja beneran.
Tanpa ditulis sebelumnya, komedi mereka yang kebetulan adalah Komika menjadi amburadul, kurang terarah, bahkan hilang sisi komedinya. Tentu hal ini membuat saya menilai konten Ormas ini sangat jauh dari kata memuaskan, apalagi kalau dibandingkan dengan Somasi yang sudah mendahuluinya.
Saran untuk konten Ormas
Teruntuk Deddy Corbuzier, saya tahu saluran itu milik anda. Saya tahu juga bahwa yang berhak menentukan konten apa saja yang pantas diunggah di akun YouTube pribadi anda, ya, anda sendiri. Saya tahu juga bahwa anda juga dibantu dengan orang-orang profesional di belakang layar untuk sekadar menayangkan konten ini.
Tapi, Om, kalau saya yang bukan siapa-siapa ini boleh memberi saran, tolong perbaiki konten ini. Kalau pun harus memaksakan para Komika untuk menjadi pesertanya, berikan mereka waktu untuk mempersiapkan komedi mereka terlebih dahulu.
Memang, sisi kejutannya akan sirna. Namun, komedi yang mereka lempar akan jauh lebih maksimal dibuatnya. Nggak hanya sekadar melucu mengenai tema yang harus mereka perdebatkan. Kalau semua komedi dipersiapkan secara matang, baru deh bisa berjanji bahwa konten Ormas bisa menggantikan Somasi. Itu saja saran saya, Om. Sekian.
Penulis : Muhammad Arif Prayoga
Tags: Konten YouTube, Deddy Corbuzier, Somasi, Ormas, Komika, Stand-Up Comedy, Komedian,
0 Komentar